Jakarta - Presiden SBY dinilai makin tidak serius mengurusi rakyat setelah mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat dengan asumsi melakukan penyelamatan partai.
"wajar bila masyarakat akan bertanya kapan urusan mereka akan diprioritaskan. Ada kurang lebih 240 juta rakyat Indonesia yang mesti diperhatikan. Kalau perhatian SBY terpecah ke dalam empat posisi strategis di partai, bagian rakyat adalah sisa-sisa perhatian SBY saja. Sementara yang menjadi fokus perhatian adalah pembenahan internal Partai Demokrat," jelas pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh Daulay kepada INILAH.COM, Jakarta, Minggu (10/2/2013).
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini juga mengaku kalau ada inkonsistensi dalam pernyataan SBY. SBY mengatakan bahwa dia tidak peduli pemilu 2014. Dia akan lebih fokus membersihkan Partai Demokrat. Padahal sebenarnya, upaya membersihkan partai adalah untuk pemilu. Jadi, Saleh menilai kalau SBY tidak konsisten.
"Pertanyaannya, untuk apa membersihkan Partai Demokrat? Bukankah tujuannya untuk memperbaiki citra PD? Untuk apa perbaikan citra itu? Ya jawabannya untuk mempersiapkan diri pada pemilu 2014," tegas Saleh.
Kalau itu benar, lanjut Saleh, wajar kalau banyak yang mempertanyakan keseriusan SBY untuk mengurus rakyat. Wajar juga bila ada yang berpandangan bahwa SBY lebih peduli kepada PD daripada rakyat.
"Mengurus 240 juta rakyat kan tidak boleh sambilan. Maksudnya, tidak bisa mengurus rakyat sambil mengurus Demokrat," timpalnya.
Apalagi, dalam pernyataan yang disampaikan, SBY menyatakan bahwa pengambilalihan itu dilakukan berakhir sampai nama baik partai pulih dan normal.
"Ungkapan 'sampai nama partai pulih kembali' perlu dipertanyakan. Bagaimana cara mengukur nama baik Demokrat pulih dan normal? Kalau tidak pulih dan normal, lalu apakah SBY akan tetap mengurus Demokrat? Apakah itu berlangsung sampai 2014? Kalau betul sampai 2014, itu berarti urusan rakyat akan terkesampingkan," beber Saleh.
Dia mengatakan, kalaupun SBY merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memperbaiki partai yang dibesutnya itu, tetapi perlu diingat bahwa tanggung jawab moral untuk mengurus rakyat jauh lebih besar.
"Apalagi, rakyat sudah menggantungkan harapan dan kepercayaan kepada SBY untuk memerintah negeri ini selama dua periode," tutupnya.
"wajar bila masyarakat akan bertanya kapan urusan mereka akan diprioritaskan. Ada kurang lebih 240 juta rakyat Indonesia yang mesti diperhatikan. Kalau perhatian SBY terpecah ke dalam empat posisi strategis di partai, bagian rakyat adalah sisa-sisa perhatian SBY saja. Sementara yang menjadi fokus perhatian adalah pembenahan internal Partai Demokrat," jelas pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh Daulay kepada INILAH.COM, Jakarta, Minggu (10/2/2013).
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini juga mengaku kalau ada inkonsistensi dalam pernyataan SBY. SBY mengatakan bahwa dia tidak peduli pemilu 2014. Dia akan lebih fokus membersihkan Partai Demokrat. Padahal sebenarnya, upaya membersihkan partai adalah untuk pemilu. Jadi, Saleh menilai kalau SBY tidak konsisten.
"Pertanyaannya, untuk apa membersihkan Partai Demokrat? Bukankah tujuannya untuk memperbaiki citra PD? Untuk apa perbaikan citra itu? Ya jawabannya untuk mempersiapkan diri pada pemilu 2014," tegas Saleh.
Kalau itu benar, lanjut Saleh, wajar kalau banyak yang mempertanyakan keseriusan SBY untuk mengurus rakyat. Wajar juga bila ada yang berpandangan bahwa SBY lebih peduli kepada PD daripada rakyat.
"Mengurus 240 juta rakyat kan tidak boleh sambilan. Maksudnya, tidak bisa mengurus rakyat sambil mengurus Demokrat," timpalnya.
Apalagi, dalam pernyataan yang disampaikan, SBY menyatakan bahwa pengambilalihan itu dilakukan berakhir sampai nama baik partai pulih dan normal.
"Ungkapan 'sampai nama partai pulih kembali' perlu dipertanyakan. Bagaimana cara mengukur nama baik Demokrat pulih dan normal? Kalau tidak pulih dan normal, lalu apakah SBY akan tetap mengurus Demokrat? Apakah itu berlangsung sampai 2014? Kalau betul sampai 2014, itu berarti urusan rakyat akan terkesampingkan," beber Saleh.
Dia mengatakan, kalaupun SBY merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memperbaiki partai yang dibesutnya itu, tetapi perlu diingat bahwa tanggung jawab moral untuk mengurus rakyat jauh lebih besar.
"Apalagi, rakyat sudah menggantungkan harapan dan kepercayaan kepada SBY untuk memerintah negeri ini selama dua periode," tutupnya.
sumber : INILAH.COM
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan komentar yang sopan dan tanpa menyinggung siapapun, terimakasih atas partisipasinya.