RMOL. Para pelajar Indonesia yang sedang studi di luar negeri memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar. Para pelajar yang tersebar di berbagai negara dituntut untuk turut menghadirkan dan merawat rasionalitas masyarakat Indonesia agar demokrasi memberikan manfaat bagi rakyat.
"Peran-peran pencerahan dan memberikan masukan-masukan kontruktif bagi anak-anak muda yang di Indonesia dan masyarakat Indonesia secara umum perlu dilakukan," jelas Dahnil Anzar Simanjuntak, ekonom Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten saat menjadi pembicara di International Symposium of Indonesian Students di Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India (Jumat, 21/12).
Dahnil menjelaskan, demokrasi akan efektif mendorong kesejahteraan dan kebaikan bagi bangsa apabila masyarakat di negeri itu rasional. Sebaliknya masyarakat yang irasional justru akan menyebabkan demokrasi jadi alat bagi para politisi pemburu rente, yang menyebabkan hak-hak publik terabaikan.
"Hasilnya, adalah hadirnya kemiskinan dan kesenjangan yang besar. Hal ini terjadi di Indonesia," ungkap Dahnil.
Menurut Dahnil, kiprah dan peran-peran intelektual seperti yang dilakukan Bung Hatta ketika belajar di Belanda dahulu harus jadi contoh. Hatta, melalui kegiatan intelektual dan perdebatan ilmiah, mempertahankan nama Indonesia demi pemaknaan politik dan ketatanegaraan sehingga mempengaruhi pemuda-pemuda Indonesia di dalam negeri melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
"Nah, peran-peran intelektual seperti yang dilakukan Bung Hatta bisa dilanjutkan dengan cara dan model yang berbeda dengan pemaknaan nasionalisme yang berbeda pula," sambung Dahnil.
Pada zaman Bung Hatta, musuh bersamanya adalah imperialisme. Nah saat ini, musuh bersama yang harus dilawan pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri adalah korupsi dan kemiskinan.
"Berikan masukan-masukan konstruktif tentang masalah-masalah ini kepada para pembuat kebijakan di Indonesia dan kawan-kawan pergerakan mahasiswa di Indonesia agar mereka mampu mendorong perubahan yang mendasar di dalam negeri," pungkas Dahnil.
"Peran-peran pencerahan dan memberikan masukan-masukan kontruktif bagi anak-anak muda yang di Indonesia dan masyarakat Indonesia secara umum perlu dilakukan," jelas Dahnil Anzar Simanjuntak, ekonom Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten saat menjadi pembicara di International Symposium of Indonesian Students di Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India (Jumat, 21/12).
Dahnil menjelaskan, demokrasi akan efektif mendorong kesejahteraan dan kebaikan bagi bangsa apabila masyarakat di negeri itu rasional. Sebaliknya masyarakat yang irasional justru akan menyebabkan demokrasi jadi alat bagi para politisi pemburu rente, yang menyebabkan hak-hak publik terabaikan.
"Hasilnya, adalah hadirnya kemiskinan dan kesenjangan yang besar. Hal ini terjadi di Indonesia," ungkap Dahnil.
Menurut Dahnil, kiprah dan peran-peran intelektual seperti yang dilakukan Bung Hatta ketika belajar di Belanda dahulu harus jadi contoh. Hatta, melalui kegiatan intelektual dan perdebatan ilmiah, mempertahankan nama Indonesia demi pemaknaan politik dan ketatanegaraan sehingga mempengaruhi pemuda-pemuda Indonesia di dalam negeri melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
"Nah, peran-peran intelektual seperti yang dilakukan Bung Hatta bisa dilanjutkan dengan cara dan model yang berbeda dengan pemaknaan nasionalisme yang berbeda pula," sambung Dahnil.
Pada zaman Bung Hatta, musuh bersamanya adalah imperialisme. Nah saat ini, musuh bersama yang harus dilawan pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri adalah korupsi dan kemiskinan.
"Berikan masukan-masukan konstruktif tentang masalah-masalah ini kepada para pembuat kebijakan di Indonesia dan kawan-kawan pergerakan mahasiswa di Indonesia agar mereka mampu mendorong perubahan yang mendasar di dalam negeri," pungkas Dahnil.
sumber: RMOL
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan komentar yang sopan dan tanpa menyinggung siapapun, terimakasih atas partisipasinya.